KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI
KELOMPOK KECIL
Oleh:
Kelompok 6:
A. Rasional
Sila
ketiga dari Pancasila berbunyi : “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Sila ini mengisyaratkan kepada
kita bahwa musyawarah dan mufakat merupakan ciri khas kehidupan bangsa
Indonesia yang diterapkan untuk menghasilkan berbagai keputusan. Agar proses
musyawarah dan mufakat berlangsung secara efektif sehingga mampu menghasilkan
keputusan yang bermanfaat, maka anggota-anggota musyawarah haruslah memiliki
keterampilan bermusyawarah. Oleh karena itu setiap warga Negara pasti akan
terlibat dalam musyawarah untuk menghasilkan mufakat dalam berbagai aspek
kehidupannya, maka adalah sangat beralasan jika setiap warga Negara memiliki
keterampilan bermusyawarah. Dengan keterampilan ini, setiap warga Negara akan
mampu terlibat dalam musyawarah atau berdiskusi diperlukan latihan secara
sistematis karena keterampilan ini tidak dibawa sejak lahir. Oleh karena itu,
guru diharapkan memberikan keterampilan kepada para siswanya untuk berlatih
menguasai keterampilan ini dengan keterlibatan langsung dalam berbagai diskusi
kelompok.
Alasan
pentingnya diskusi kelompok di dalam kelas berkaitan dengan pendekatan CBSA
yang menuntut keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. dengan perkataan
lain, dominasi guru di dalam kelas haruslah dikurangi sehingga tersedia
kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru dalam kaitan ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi kelompok. Melalui diskusi kelompok diharapkan dapat berpikir secara
lebih kritis serta mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan baik.
Alasan
lainnya, adalah terdapatnya beberapa tujuan pendidikan yang lebih jauh efektif
tercapai jika dilakukan melalui diskusi kelompok. Tujuan-tujuan tersebut adalah
tujuan-tujuan dalam ranah keterampilan serta nilai dan sikap. Misalnya
keterampilan berbicara, mengungkapkan pendapat, keterampilan berbahasa, sopan
santun dalam mengajukan perbedaan pendapat, serta keterampilan berinteraksi
sosial, akan jauh lebih efektif pencapaiannya jika dilakukan melalui diskusi
kelompok.
Berdasarkan
alasan-alasan diatas kiranya anda dapat memahami bahwa diskusi kelompok kecil
seyogianya ada di dalam kegiatan pembelajaran. dalam hal ini, guru berkewajiban
untuk membimbing kegiatan diskusi kelompok kecil ada pada siswa. Oleh karena
itu para guru perlu memahami hakikat, prinsip serta komponen-komponen
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, dan kemudian berlatih secara
sistematis untuk menguasainya. [1]
B.
Pengertian
Keterampilan Diskusi Kelompok Kecil
Membimbing secara harfiah dalam
istilah asing disebut guide yang berarti
mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir.[2]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia membimbing adalah memimpin, memberi
petunjuk, memberi penjelasan lebih dulu.[3]
Diskusi
merupakan interkasi antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk
menganalisis memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau
permasalahan tertentu. [4] Menurut
Uzer usman, diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka
yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan atau pemecahan masalah. [5] Menurut
Munif Chatief diskusi adalah aktivitas
pembelajaran dengan komunikasi dan interaksi di antara dua orang atau lebih
(berkelompok).[6]
Diskusi
kelompok kecil adalah suatu proses teratur yang melibatkan sekelompok siswa
dalam interaksi tatap muka yang formal dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan, dan pemecahan masalah. Siswa berdiskusi
dalam kelompok-kelompok kecil dibawah bimbingan guru atau temanya untuk berbagai
informasi, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan.[7]
Diskusi
kelompok kecil merupakan salah satu metode yang memberi ruang dan peluang
kepada peserta didik untuk menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu maslah
melalui suatu memberi kesempatan berfikir, berinteraksi, serta berlatih untuk
bersikap member dan menerima pendapat orang lain secara positif. Tujuannya
adalah memberikan ruang atau peluang bagi peserta didik untuk belajar secara
aktif (partisifatif) dalam menguasi, memecahkan maslah, dan mengembangkan pola
pikir positif dalm berinteraksi.[8]
Membimbing
diskusi kelompok berarti suatu proses yang teratur dengan melibatkan kelompok
peserta didik dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan
berbagai informasi atau pengalaman mengambil keputusan. Drs.Muhammad Uzair
Usman menyatakan bahwa diskusi kelompok kecil adalah peserta didik berdiskusi
dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pembinaan guru atau temannya untuk
berbagi informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan, dilaksanakan
dalam suasana terbuka.[9]
Menurut
Rusman, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang dibutuhkan
oleh siswa secara kelompok. Untuk itu keterampialan guru harus dilatih dan
dikembangkan, sehingga para guru memiliki kemampuan untuk melayani siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran kelompok kecil.[10]
Wina
Sanjaya mengatakan bahwa diskusi kelompok kecil dilakukan membagi siswa dalam
kelompok-kelompok. Jumlah antara kelompok 3-5 orang, pelaksaaannya dilakukan
dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah
tersebut dibagi-bagi kedalam sub masalah yang harus di pecahkan oleh setiap
kelompok kecil. Setelah diskusi dalam kelompok kecil ketua kelompok menyajikan
hasil diskusinya.[11]
Diskusi
adalah suatu percakapan atau pembicaraan antara dua orang atau lebih. Namun,
tidak semua percakapan atau perbincangan dapat disebut diskusi. Suatu
percakapan atau pembicaraan layak disebut diskusi apabila memenuhi syarat
berikut:
1. Melibatkan
kelompok yang banyak anggotanya antara 3-9 orang
2. Berlangsung
dalam interaksi secara bebas dan langsung
3. Mempunyai
tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar anggota kelompok kecil
4. Dipimpin
oleh seorang pemimpin diskusi
5. Berlangsung
menurut proses yang teratur dan sistematis menuju sua kesimpulan.[12]
Dari
persyaratan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak setiap pembicaraan kelompok
dapat disebut sebagai diskusi. Didalam kegiatan pembelajaran, diskusi kelompok
kecil juga harus memenuhi keempat syarat diatas. Ini berkaitan bahwa setiap
diskusi kelompok kecil harus mempunyai tujuan yang jelas yang ingin dicapai
oleh kelompok, diskusi berlangsung secara sistematis, dan setiap siswa yang
menjadi anggota kelompok mendapat kesempatan untuk bertatap muka dan
mengemukakan pendapatnya secara bebas, dengan tidak mengabaikan aturan-aturan
diskusi.
Dapat
disimpulkan bahwa keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan
keterampilan yang harus dimilki guru. Keterampilan ini merupakan keterampilan
guru dalam memimpin dan memfasilitasi jalannya proses diskusi agar diskusi
berjalan dengan efektif.
C. Manfaat dan Tujuan Diskusi Kelompok
Kecil
Penggunaan
kelompok kecil dalam kegiatan pembelajaran bertujuan agar siswa siswa : [13]
1.
Berbagi informasi dan pengalaman dalam
memecahkan masalah,
2.
Meningkatkan pemahaman atas masalh
penting
3.
Meningkatkan keterlibatan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan
4.
Mengembangkan kemampuan berfikir dan
berkomunikasi,
5.
Membina kerja sama yang sehat, kelompok
yang kohesif, dan bertanggung jawab.
Diskusi
kelompok kecil bermanfaat bagi siswa untuk: [14]
1. Mengembangkan
kemampuan berfikir dan berkomunikasi
2. Meningkatkan
disiplin
3. Meningkatkan
motivasi belajar
4. Mengembangkan
sikap saling membantu
5. Meningkatkan
pemahaman
Sedangkan
menrut Dadang, tujuan dan manfaat dari kegiatan diskusi antara lain:[15]
1. Memupuk
sikap toleransi: yaitu setiap saling menghargai terhadap pendapat yang
dikemukakan oleh setiap peserta didik
2. Memupuk
kehidupan demokrasi: yaitu setiap siswa secara bebas dan bertanggung jawab
terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar pikiran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan
3. Mendorong
pembelajaran secara aktif: yaitu siswa dalam membahas suau topikpembelajaran
tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi selalu bekerja sama dalam kelompok
diskusi siswa belajar mengembangkan kemampuan berpikirnya, belajar memecahkan
masalah
4. Menumbukan
rasa percaya diri: yaitu dengan kebiasaan untuk berargumentasi yang dilakukan
antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong keberanian dan
terbinanya rasa percaya diri bagi siswa untuk mengajukan pendapat maupun solusi
pemecahan.
Diskusi
kelompok kecil sangat bermanfaat untuk memberikan pengalaman pendidikan bagi
anak didik yang terlibat di dalamnya.potensi yang berpengaruh terhadap
partisipasi seperti saling member informasi, dapat mengeksplorasi gagasan,meningkatkan
pemahamanbaru tentang hal-hal yang bermanfaat, dapat membantu menilai dan
memecahkan masalah, mendorong pengembangan berfikir, dan berkomunikasi secara
efektif dalam kelompok untuk keterampilan hari depan mereka dalam masyarakat
dan dalam kegiatan-kegiatan sosial.
D.
Hal-hal
yang Perlu diperhatikan dalam Diskusi Kelompok Kecil
Hal-hal
yang perlu diperhatikan guru dalam diskusi kelompok kecil agar dapat efektif
dan efisien adalah guru harus sering menjalankanfungsinya sebagai pembimbing.
Sebagai pembimbing yang harus diperhatikan guru adalah: [16]
1. Diskusi
harus dilakukan dalam suasana terbuka
2. Dapat
memastikan bahwa guru dan anak didik telah memilki latar belakang informasi
untuk mendiskusikan topic secara baik
3. Diskusi
kelompok secil harus dipersiapkan secara baik, diperlukan narasumber,
pertanyaan kunci, dan bahan yang tepat untuk mengatur sikuen diskusi, yang
bertujuan membimbing dan memberi stimulasi pada tanggapan anak didik.
4. Dalam
mempersiapkan diskusi, ditetapkan dulu besarnya kelompok
5. Pengaturan
tempat duduk
Menurut
Wardani dalam pelaksanaan diskusi perlu diperhatikan hal-hal berikut: [17]
1. Diskusi
hendaknya berlangsung dalam iklim terbuka
2. Diskusi
yang efektif selalui didahului oleh perencanaan yang matang, mencakup: topic
yang sesuai, persiapan/pemberian informs pendahuluan, menyiapkan diri sebagai
pimpinan diskusi, pembentukan kelompok diskusi, dan pengaturan tempat duduk
yang memungkinkan semua anggota kelompok tatap muka.
Hampir
senada dengan hal tersebut, dikatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan
agar diskusi berjalan lancara dan efektif adalah: [18]
1. Diskusi
hendaknya berlangsung secara terbuka
2. Dilakukan
dengan perencanaan dan persiapan yang matang. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam mempersiapkan pelaksanaan diskusi adalah:
a. Perumusan
masalah
b. Penyiapan
informasi pendahuluan
c. Penyiapan
diri sebaik-baiknya sebagai pemimpin diskusi
d. Penetapkan
besar kelompok siswa siswi
e. Pengaturan
tempat duduk
3. Pemanfaatan
secara maksimal kemanfaatan diskusi
4. Meminimalisasi
kelemahat-kelemahan diskusi
Guru
hendaknya menghindari hal-hal berikut[19] :
1. Menyelenggarakan
diskusi dengan topic yang tiak sesuai karena hanya akan menimbulkan kebosanan
dan frustasi
2. Mendominasi
diskusi dengan berbagai informasi
3. Membiasakan
terjadinya monopoli dan penyimpangan
4. Tergesa-gesa
meminta respon siswa
5. Membiarkan
siswa yang enggan berpartisipasi untuk tetap pasif
6. Tidak
memperjelas uraian
E.
Kekuatan
dan Kelemahan Diskusi
Diskusi kelompok kecil memilki kelebihan
atau juga bisa disebut kekuatan sebagai berikut:[20]
1. Kelompok
memiliki sumber yang lebih banyak daripada individu.
2. Anggota
kelompok sering diberi masukan dan motivasi dari anggota lain, yang berusaha
agar sumbangan pikiran bermanfaat untuk keberhasilan kelompok
3. Kelompok
dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik
4. Anggota
kelompok memilki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang diambil dengan melalui
keterlibatannya dalam diskusi
5. Partisipasi
dalam diskusi akan meningkatkan saling pengertian antar individu dalam satu
kelompok dan dengan kelompok yang lain
Disamping itu juga memilki kelemaham
atau keterbatasannya sebagai berikut:[21]
1. Diskusi
memakan waktu
2. Pemborosan
waktu
3. Diskusi
dapat emenekan pendirian
F.
Komponen
Keterampilan Membimbing Diskusi
Beberapa
komponen yang terdapat dalam keterampilan membimbing diskusi sebagai berikut:[22]
1.
Memusatkan perhatian siswa pada tujuan
dan topik diskusi
Caranya adalah sebagai berikut :
Caranya adalah sebagai berikut :
·
Rumuskan tujuan dan topik yang akan
dibahas pada awal diskusi.
·
Kemukakan masalah-masalah khusus.
·
Catat perubahan atau penyimpangan
diskusi dari tujuan.
·
Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi.
2. Memperluas
masalah atau urunan pendapat.
Selama
diskusi berlangsung sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas hingga
sukar ditangkap oleh anggota kelompok, yang akhirnya menimbulkan kesalah
pahaman hingga keadaan dapat menjadi tegang. Dalam hal demikian tugas guru
dalam memimpin diskusi untuk memperjelasnya, yakni dengan cara :
·
Menguraikan kembali atau merangkum
urunan tersebut hingga menjadi jelas.
·
Meminta komentar siswa dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide
tersebut.
·
Menguraikan gagasan siswa dengan
memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai hingga kelompok
memperoleh pengertian yang lebih jelas.
3. Menganalisis
pandangan siswa
Didalam
diskusi sering terjadi perbedaan di antara anggota kelompok. Dengan demikian
guru hendaklah mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan cara sebagai
berikut :
·
Meneliti apakah alasan tersebut memang
mempunyai dasar yang kuat.
·
Memperjelas hal-hal yang disepakati dan
yang tidak disepakati.
4. Meningkatkan
urunan siswa
Beberapa
cara untuk meningkatkan urunan pikir siswa adalah :
·
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
menantang siswa untuk berpikir.
·
Memberikan contoh-contoh verbal atau
nonverbal yang sesuai dan tepat.
·
Memberikan waktu untuk berpikir
·
Memberikan dukungan terhadap pendapat
siswa dengan penuh perhatian.
5. Menyebarkan
kesempatan berpartisipasi
Penyebaran
kesempatan berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara :
·
Mencoba memancing urunan siswa yang
enggan berpartisipasi dengan mengarahkan pertanyaan langsung secara bijaksana.
Misalnya, “Bapak (Ibu) yakin bahwa Nita dapat menjawab. Coba, Nita”
·
Mencagah terjadinya pembicaraan serentak
dengan memberikan giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu.
·
Mencegah secara bijaksana siswa yang
suka memopoli pembicaraan.
·
Mendorong siswa untuk mengomentari
urunan temannya hingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan.
6. Menutup
diskusi
Keterampilan
akhir yang harus dikuasi oleh guru adalah menutup diskusi. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·
Membuat rangkuman hasil diskusi dengan
bantuan para siswa. Ini lebih efektif dari pada rangkuman hanya dibuat sendiri
oleh guru.
·
Memberi gambaran tentang tindak lanjut
hasil diskusi ataupun tentang topik diskusi yang akan datang.
·
Mengajak siswa untuk menilai proses
maupun hasil diskusi yang dicapai
7. Hal-hal
yang harus diperhatikan
·
Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak
diberi kesempatan
·
Membiarkan siswa tertentu memonopoli
diskusi
·
Membiarkan terjadinya penyimpangan dari
tujuan diskusi dengan pembicaraan yang tidak relevan.
·
Membiarkan siswa yang enggan
berpartisipasi.
·
Tidak memperjelas atau mendukung urunan
pikir siswa
·
Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.
G.
Prinsip
penggunaan
Beberapa
prinsip menggunakan diskusi : [23]
1. Prinsip
memgikutsertakan anak-anak dalam diskusi
2. Diskusi
yang baik tidak asal bicara, ramai, diperlukan suatu ketertiban baik dalam
giliran mengemukakan pendapat maupun memperhatikan orang lain yang sedang
berbicara.
3. Pertanyaan
atau persoalan hendaknya sesuai dengan perkembangan dan pengalaman anak.
4. Guru
sebagai pemimpin yang memeberikan kepercayaan kepada anak-anak untuk turut
serta dalam diskusi, mendorong dan merangsang anak dalam pikiran.
5. Menyetujui
atau menentang pendapat orang, anak-anak supaya tetap berlaku sopan dan hormat,
berdebat jangan hanya untuk menang atau menyakiti atau mematahkan semangat orang
lain.
Menurut
Udin,S agar keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dapat diterapkan
secar efektif, anda harus memperhatikan prinsip penggunaan diskusi, baik sebelum,
maupun sesudah berlangsungnya diskusi,prinsip-prinsip penggunaan tersebut
adalah sebagai berikut :[24]
1. Diskusi
dapat dilaksanakan dalam semua pengajaran bidang studi di jenjang kelas
siswanya sudah mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan
2. Topik
atau masalah yang didiskusikan haruslah topic / masalah yang memerlukan
informasi / pendapat dari banyak orang untuk membahasnya atau memecahkanya.
Misalnya
:
a. Dampak
polusi bagi kehidupan manusia
b. Cara-cara
melestarikan lingkungan
Contoh
: topic diskusi yang kurang tepat
a. Jumlah
penduduk Indonesia
b. Jenis-jenis
magnet
Disampng
itu, topic diskusi haruslah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
karakteristik siswa, serta manfaat dan makan bagi peningkatan kemampuan
berfikir, dan cara pemecahan masalah.
3. Diskusi
kelompok disekolah dasar masih memerlukan bantuan guru untuk membimbingnya.
Oleh karena tu, guru hendaknya dapat memodelkan fungsi pimpinan diskusi
kelompok, sehingga secara berangsur-angsur siswa dapat memimpin diskusi.
4. Diskusi
harus berlangsung dalam iklim terbuka yang penuh persahabatan, sehingga
memungkinkan terjadinya sikap saling menghargai.
5. Sebelum
diskusi, guru hendaknya membuat perencanaan dan persiapan yang , mencakup
hal-hal berikut :
a. Pemilihan
topic diskusi
b. Perencanaan
dan penyiapan informasi pendahuluan yang memungkinkan siswa mempunyai latar belakang
yang sama terhadap topic diskusi, informasi ini dapat berupa artikel, menonton
film, observasi, atau wawancara. Sesuai dengan namanya informasi pndahuluan
disajikan atau dicari / dilakukan sebelum diskusi berlangsung. Misalnya,
sebelum diskusi siswa diminta membaca artikel, menonton film, atau melakukan
observasi.
c. Penyiapan
diri sebagai pemimpin diskusi, yaitu siap sebagai sumber informasi, motivasi
ataupun pelaksanaan fungsi yang lain.
d. Penetapan
kelompok beserta anggota-anggotanya
e. Anggota
kelompok merasa terikat untuk melaksanakan keputusan / hasil diskusi.
6. Diskusi
mempunyai kekuatan / keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Kekuatan tersebut antara lain :
a. Kelompok
memilki sumber informasi yang kaya
b. Siswa
yang pemalu merasa lebih bebas berbicara dalam kelompok kecil
c. Anggota
kelompok termotivasi oleh anggota lain
d. Anngota
kelompok merasa terikat untuk melaksanakan keputusan / hasil diskusi.
7. Diskusi
kelompok mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat menggagalkan atau tidak
tercapainya tujuan diskusi. Kelemahan tersebut anatar lain :
a. Memerlukan
waktu cukup banyak
b. Dapat
memboroskan waktu jika terjadi hal-hal negative
c. Anggota
yang kurang agresif bisa frustasi karena didominasi siswa tertentu
H.
Pengelompokan
Siswa
Suatu kelompok yang efektif memiliki
unsur-unsur sebagai berikut:[25]
1. Adanya
bermacam-macam kebutuhan anggotanya yang dinyatakan dalam bentuk permasalahan
2. Para
anggotanya mempunyai masalah yang di pahami mereka
3. Masalah-masalh
itu di ajukan dalam bentuk sejumlah pertanyaan tentang nilai yang mengakibatkan
timbulnya berbagai jawaban yang berbeda-beda
4. Kelompok
memiliki tujuan tertentu yang sekaligus menjadi tujuan anggota
5. Tiap
individu bertanggung jawab memberikan sumbangan tertentu untuk mencapai tujuan
kelompok.
6.
Ada proses pertukaran pendapat dan
pengalaman dalam kelompok
Unsur-unsur
tesebut menyebabkan dinamika kelompok yang mempengaruhi sikap dan perilaku
individu dan perilaku kelompok sendiri. Proses kelompok dilaksanakan dalam
berbagai bentuk. Bentuk-bentuk proses itu
memiliki cirri-ciri khas yaitu:[26]
1. Kerja
kelompok berdasarkan suatu proyek atau masalah dengan kegiatan sehari-hari :
a. Menyadari
dan merumuskan masalah
b. Menyusun
rencana pemecahan masalah sesuai dengan perkembangan proyek
c. Mengambil
kesimpulankesimpulan
2. Kerja
kelompok merumuskan dan memecahkan masalah dengan kegiatan :
a. Perencanaan
kelompok
b. Panitia
kerja
c. Penemuan
dan hasil-hasil
d. Penelitian
kerja kelompok
3. Diskisi
kelompok yang terdiri atas diskusi kelompok kecil, diskusi kelas, diskusi umum
4. Peran
dalam kelompok , yakni sebagai pemimpin, pengamat, pencatat dan nasasumber
masing-masing punya tanggung jawab.
5.
Peran anggota umum
6.
Bermain peran khusus yang dilaksankan
dalam psikodrama dan sosiodrama.
Untuk
mewujudkan suasana belajar dimana siswa menjadi pusat kegiatan belajar, perlu
suatu organisasi kelas yang luwes, bangku, kursi, dan alat alat lainya mudah
dipindahkan untuk kepentingan bekerja kelompok. Ruangan kelas dan segala
fasilitas yang disediakan perlu diatur untuk melayani kegiatan belajar. Penempatan
papan tulis tidak haus menetap secara terus menerus disutu tempat. Fasilitas
kelas hendaknya dapat melayani pemajangan hasil-hasil pekerjaan kelas. Dengan
demikian, perabot, fasilitas, dan sumberlainya yang disediakan dikelas selalu
mempunyai arti plaksana jenis kegiatan belajar tertentu.
Ruang
gerak guru dalam organisasi kelas yang luwes tidaklah terbatas, melainkan bebas
bergerak dari satu siswa ke siswa yang lain. Kegiatan mengarahkan, menjelaskan,
memberi jawaban, serta memberikan umpan balik merupakan kegiatan guru yang
dilakukan secara spontan untuk memenuhi kebutuhan para siswa yang beraneka
ragam, kegiatan tersebut akan memungkinkan guru mengenal siswa yang tampak
lambat bekerja dan sering mengalami kesulitan. Guru akan mudah tersadar untuk memberikan
bantuan yang lebih tepat kepada mereka. Perbedaan individual siswa bersifat
koodrati dan karenanya kita berbuat sesuatu guna melayani perbedaan-perbedaan
itu.
Dalam
melayani kegiatan belajar aktif, pengelompokan siswa memepunyai arti tersendiri.
Jika dibedakan dari pengelompokan yang sederhana sampai ke yang kompleks, maka
pengelompokan siswa dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu : [27]
1. Pengelompokan
menurut ‘’kesenangan berkawan ‘’.
Pada
pengelompokan ini kelas dibagi dalam beberapa kelompok (Jumlah kelompok
bergantung pada besarnya kelas) atas dasar perkawanan / kesenangan bergaul
diantara mereka.kelompok terdiri dari 4-6 orang atau lebih yang menurut mereka
kawan-kawan dekat. Mereka duduk mengelilingi meja yang telah disusun sedemikian
rupa dalam keadaan berhadapan. Dalam pengelompokan seperti ini, setiap siswa
mempelajari atau berbuat hal yang sama dengan sumber yang sama.
2. Pengelompokan
menurut kemampuan
Kenyataan
menunjukan bahwa ada siswa yang pandai, sedang, dan lambat dalam mempelajari
suatu. Untuk memudahkan pelayanan guru, para siswa dikelompokan kedalam
kelompok cerdas, sedang atau menengah, atau lambat. Pengelompokan seperti ini
diubah sesuai dengan kesanggupan individual mempelajari mata pelajaran. Seorang
siswa mungkin cerdas dalam matematika, tetapi lambat dalam ilmu sosial,
sedangkan siswa lain keadaannya tidak demikian. Pengelompokan demikian akan
menuntut program-program khusus (bantuan remedi) untuk membantu siswa tertentu
yang mengalami kesulitan khusus dalam mata pelajaran tertentu.
3. Pengelompokan
menurut minat
Pada
suatu ketika ada siswa yang senang menulis, sedangkan yang lainnya senang pada
matematika, ilmu sosial, atau ilmu pengetahuan alam. Siswa yang melakukan
kegiatan belajar yang sama dikelompokan. Pada situasi ini, guru perlu terus
menerus mengamati setiap siswa. Disamping itu, guru perlu memberi dorongan
kepada siswa untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.
I. Peran Pemimpin Diskusi
Seorang
pemimpin diskusi kelompok dapat berperan sebagai:[28]
1. Sebagai
pengatur lalu lintas pembicaraan:
a. mengatur
duduk siswa sehingga masing-masing duduk dalam lingkungan atau seperti ladam
kuda
b. bertanya
kepada anggota diskusi secara berturut-turut
c. menjaga
agar peserta tidak berebut dalam berbicara
d. mendorong
peserta yang pendiam dan pemalu
2. Benteng
penangkis
a.
Mengembalikan pertanyaan kepada kelompok
diskusi bila perlu
b.
Member petujuk bila mengalami hambatan
3.
Penunjuk jalan, maksudnya dengan memberi
petujuk umum, tentang kemajuan yang telah dicapai oleh kelompok
Note: Mohon maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan sumber. Silahkan di periksa kembali sumber referensinya.
[1] Udin S, dkk, Strategi Belajar Meengajar ( Jakarta :
Universitas Terbuka 2002), h. 19-30
[2] Djam’an Satori, Profesi Keguruan I, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2001), h. 5.3
[3] W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka 1984), h. 141
[4] Martinur Yamin, Profesionalisme Guru Dan Implementasi KTSP, (Jakarta : Tim Gaung Persada Pres, 2007), h. 144
[5] Uzer Usman, Menjadi Guru Professional ( Bandung : Remaja Rosdakarya,
1995),h.94-96
[6] Munif Chatief, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak
Istimewa dan Semua Anak Juara. (Bandung: Kaifa, 2014), h.143
[7] Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Professional Guru (Bandung:
Rajawali Pers 2013), h. 89
[8] Didi Sufriadi dan Deni Dermawan,
Komunikasi Pembelajaran (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2012) h.157
[9] Zainal Asril, Micro Teaching, (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), h.79
[10] User Usman, op.,cit, h.96
[11] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Orientasi Standar
Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2006 ), h.157
[12] Eni Purwati, dkk, Microteaching, (Surabaya: Aprinta,
2009), h.11-9-11-10
[13] Wardani,Buku Materi Pokok Pemantapan Kemampuan Mengajar (Pkm), Jakarta: Universitas Terbuka, 1999) h.29
[14] Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar,
(Bandung:Alfabeta, 2010), h.23
[15] Dadang Sukirman , Pembelajaran Microteaching, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, 2012), h. 323
[16] Samsul Bahri Djaman, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi, ( Jakarta : Rineka Citra,2000) h. 157
[17]Wardani, Buku Materi Pokok Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM),(Jakarta:universitas
Terbuka, 1998), h. 25
[18] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1995), h.88
[19] Udin, S., dkk., op.,cit, h.8.30
[20] Samsul Bahri Djaman, op.,cit.
h.158
[21] ibid
[22] Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 94-96 Lihat juga E. Mulyasa, Menerapkan Pembelajran Kreatif dan Menyenangkan Menjadi Guru
Profesional, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2007), h. 89-91
[23] Engkoswara, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran ( Jakarta : Bina Aksara, 1988) h.
14
[24] Udin, S. dkk., op.,cit.
h.8.27-8.30
[25] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar,
(Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2009), h.173
[26] Ibid h.174-175
[27] Conny Semiawan, Pendekaan Keterampilan Proses, (Jakarta
:Gramedia 1985 ) h.67-68
[28]Rostiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h. 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar